Jurnal Wisata Budaya Baduy Dalam 1-2 Oktober 2016

Peluh bercucuran membasahi tubuh mengalir deras dari wajah dan anggota tubuh lainnya, napas terengah-engah dan degup jantung berpacu cepat  memaksa kaki berhenti di kemiringan bukit terjal sekedar menarik napas dalam-dalam dan memulihkan tubuh agar kembali bugar. Bukit terjal langsung menyambut di batas wilayah baduy luar dan baduy dalam setelah menyeberangi jembatan bambu khas baduy. Tangan kanan bersandar pada sebatang pohon yang berdiri ditepian puncak bukit menemani tubuh yang kelelahan.



Panas terik matahari menyambut rombongan kami di lapangan parkir desa Kanekes, satu persatu kendaraan perlahan memasuki gerbang  selamat datang di kawasan Wisata Baduy. Tepatnya di Desa Kanekes Kecamtan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Perjalanan yang cukup panjang, selama 4 jam dari titik kumpul rest area KM 13,5 tol Jakarta - Merak. Berangkat pada jam 08.00 wib dan tiba di parkiraan terminal Ciboleger Desa Kanekes  jam 12 siang.



Open trip ke Baduy 1-2 Oktober 2016 kali ini merupakan ulangan open trip 19 tahun yang lalu,  open trip terakhir yaitu sekitar tahun 1997 yang membawa sekitar 115 orang peserta. saat ini peserta yang dibawa hanya separuhnya, yaitu 51 orang peserta. Beberapa kendala teknis kecil menyambangi kami selama mempersiapkan open trip, salah satunya adalah  masalah alat transportasi yang akan digunakan. Mulai dari rencana semula mengunakan kereta api kemudian truck tronton tentara sampai akhirnya diputuskan pada detik terakhir menggunakan mobil pribadi panitia dan peserta dengan segala macam pertimbangannya.  


Jangan membayangkan Terminal Ciboleger sama dengan terminal pada umumnya, karena disana terhitung sangat jarang kendaraan umum. satu-satunya alat transportasi umum adalah "elf" yang mengantarkan pengunjung dari stasiun Rangkat Bitung ke Terminal Ciboleger PP. Karena keterbatasan kendaraan umum dan ketepatan waktu juga yang akhirnya kami memutuskan menggunakan alat transportasi mobil pribadi.

Sebelum kumpul di Rest area KM 13,5 Tol Jakarta-merak, beberapa kendaraan harus menjemput peserta dibeberapa titik pemberangakatan seperti mobil Izul stay di Cawang membawa rombongan pacie, wafa, nuniek plus suami, ambar plus anak, emi, yulfina. Mobil keluarga Jajat stay di pintu tol bekasi barat menjembut hidayat dan ida. Mobil Lifran menjemput rombongan Sri berjumlah tujuh orang di daerah manggarai. Mobil yang lainnya langsung menuju  Rest area.

Semua peserta berhamburan dari dalam mobil langsung meregangkan persendian dan menghilangkan penat selama perjalanan, disaat yang bersamaan Adzan Dzuhur berkumandang dari masjid lingkungan terminal. Sebagian peserta ada yang langsung menunaikan Sholat Dzuhur dan sebagian lagi ada yang beristirahat di warung sekitar terminal. Ada juga yang langsung selfi di Tugu Ciboleger. Tugu Ciboleger merupakan icon bagi para wisatawan yang berkunjung ke Baduy dan sekaligus salah satu pintu masuk menuju Baduy luar dan Baduy dalam. Beberapa panitia mengurus ijin masuk ke kantor pengelola wisata Baduy dalam. syarat mutlat pengurusan ijin masuk adalah foto copy KTP.

Rombongan pertama berjumlah 29 orang dengan didampingi beberapa pemandu jalan dari penduduk baduy dalam  memulai perjalanan dari ciboleger menuju Baduy dalam sekitar jam 13.15 wib. Panitia dipecah dua, sebagian mengawal rombongan pertama, sebagian mengawal rombongan kedua.


Rombongan kedua berjumlah 16 orang didampingi satu orang pemandu jalan dari penduduk baduy dalam memulai perjalanan pukul 15.15 wib. sebenarnya masih ada satu Keluarga Ants yaitu Eka yang datang berjumlah 6 orang. tetapi beliau tidak ikut masuk ke Baduy dalam karena ada acara lain di Anyer dan anak-anak nya masih kecil. beliau hanya mengantarkan kami dan sekaligus bersilaturahmi di Ciboleger. semoga dikesempatan lain Eka bisa ikut bergabung dari awal sampai akhir. terima kasih atas silaturahminya.


Rombongan kedua ini kisah nya pun cukup unik, 2 mobil yang terlambat datang dengan kisahnya masing-masing. Mobil pertama rusak rem di hari H. untung peserta Om Aries bersedia menggunakan mobil pribadinya, terima kasih Om Aries sehingga semua peserta tidak ada yang tertinggal. Mobil yang kedua terlambat datang ke rest area sampai rombongan keluar dari rest area. Sampai di pintu keluar Tol Serang Timur rombongan kembali menanti mobil kedua dan akhirnya bisa kumpul bersama. Kami sengaja menanti mobil kedua karena beliau yang sangat pamiliar dengan daerah Baduy dan sering membawa turis wisata ke Baduy.

Dipersilahkan lah mobil kedua untuk menjadi leader kami, lepas dari kemacetan kota Rangkasbitung mobil kedua melesat jauh sehingga tidak terkejar oleh rombongan dibelakangnya. Sampai akhirnya kami tiba di Ciboleger mobil kedua tidak kelihatan batang hidung nya, hadeuh..... dan bahkan sampai rombongan pertama meninggalkan Ciboleger mobil tersebut belum tiba, Mobil yang aneh atau supir nya yang aneh...???!!!%%%%&&&***


Perjalanan menuju Baduy dalam dari Ciboleger tidak seperti mendaki gunung pada umum nya yang didominasi oleh tanjakan saat menuju puncak dan turunan saat kembali pulang. Naik turun bukit dan beberapa kali melintasi jembatan bambu menyeberangi sungai yang cukup lebar harus dilewati.
  

 

Kagum menyeruak saat melihat dan melintasi keunikan jembatan bambu penghubung antara dua sisi sungai. kebersahajaan penduduk baduy (dalam dan luar) sangat terasa sekali, hanya bambu dan tali ijuk dibungkus teknologi yang sangat tinggi mereka membuat jembatan yang sangat kokoh. tanpa ada bahan lain dan tidak ada "coran" di kedua sisi sungai. Hanya kata "luar biasa" yang terucap setiap melintasi jembatan jembatan tersebut.

Sungainya pun sungguh luar biasa cantik dan cenderung eksotik, bersih dan alami sekali.  Pemandangan sungai 19 tahun yang lalu masih dapat kami saksikan saat ini. Kami yang sering disebut manusia modern dengan ditemani segala peralatan canggih harus malu dan bercermin kepada penduduk baduy bagaimana mereka menjaga alam dan lingkungan nya. 

Dari ciboleger rombongan beberapa kali melintasi perkampungan baduy luar,tak kurang 2 atau 3 kampung dilalui. Kesederhanaan tampak pada setiap rumah. beberapa ibu-ibu pemilik rumah sedang menenun kain khas baduy untuk dijual sebagai oleh-oleh wisatawan yang berkunjung.







Sampai akhirnya kami di kampung Gazebo, Gazebo merupakan kampung terakhir baduy luar sebelum melintasi perbatasan. Beberapa peserta terpaksa harus tinggal di Gazebo karena tidak kuat melanjutkan perjalanan ke Baduy Dalam dan kebanyak adalah para ibu-ibu. di Gazebo telah disiapkan satu rumah penduduk sebagai sebagai tempat menginap. Waktu tempuh sekitar 1 s.d 1.5 jam dari Ciboleger ke Gazebo.
sebenarnya tidak terlalu jauh jaraknya tetapi karena mendampingi kaum ibu-ibu setiap ada lahan datar sedikit langsung deh selonjoran dan selfi-selfi hihihihi.  

Waktu tempuh dari Gazebo ke kampung Cibeo Baduy Dalam masih sekitar 3 jam lagi. Setelah semua peserta didata siapa yang tinggal dan lanjut kemudian segala macam akomodasi selesai diurus rombongan langsung melanjutkan perjalanan. Naik turun bukit menjadi teman perjalanan. keringat, helaan nafas dan keluhan kecil menjadi musik orkestra yang terdengar merdu ditelinga.

Langit sore dengan hiasan awan kelabu menaungi  dan menemani perjalanan, sinar matahari malu-malu menerobos disela-sela langit yang tidak tertutup awan. Beberapa lahan perkebuanan yang baru dibuka disertai gubuk tempat bercengkrama petani dilalui, maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan.....


Menjelang kampung Cibeo, beberapa Leuit (gubuk kecil tempat menyimpan hasil panen suku baduy seperti gabah, ketela dsb) dapat dijumpai. Leuit ini terpisah dari perkampungan penduduk. Rasa ingin tau pun muncul kenapa tempat menyimpan barang berharga terpisah jauh dari rumah. Memang barang berharga, karena hasil panen tsb merupakan penopang kehidupan sehari-hari mereka. Mereka tidak takut hasil panen dicuri oleh orang lain. Menurut pengakuan penduduk baduy, Leuit sengaja diletakkan terpisah dari rumah mereka untuk menghindari terjadi musibah seperti kebakaran dsb karena rumah mereka terbuat dari kayu dan rentan kebakaran. Semua Orang Baduy  saling percaya sehingga tidak takut hasil panen nya berpindah ke tempat lain. Luar biasa....... 

Jika diperhatikan Leuit ini diletakkan terpisah diseberang sungai. Seperti kampung Gazebo Leuit berada di seberang sungai, begitu juga dengan Kampung Cibeo Leuit diletakkan diseberang sungai.


Grup pertama akhirnya tiba di kampung Cibeo jam 18.15 wib . Istirahat sejenak di teras depan rumah salah seorang penduduk baduy dalam (rumah Idong teman Baduy Dalam kami selama perjalanan dari Ciboleger ke Cibeo) setelah perjalanan yang cukup lama dan melelahkan. Beberapa penduduk melintas sambil tersenyum dan sejumlah anak kecil tanpa alas kaki tertawa riang menyambut rombongan yang baru sampai.

Saat asik berdiskusi bersama Ending tentang pembagian rumah yang akan digunakan untuk menginap seorang penduduk ikut berbaur, sepertinya beliau mengenali Ending karena perhatiannya selalu tertuju ke beliau (mungkin Ending masih punya hutang ke Orang Baduy tsb.... heheheheh).

Benar saja setelah saling bertegur sapa, ternyata beliau adalah Pak Sardi yang pernah meng-guide Ants Club 19 tahun yang lalu. Dahulu beliau masih bujang tetapi sekarang sudah berkeluarga dan wajahnya masih tampak muda seperti dulu kala.  Lebih surprise nya lagi adalah Idong guide kami ternyata anak beliau. Luar biasa perjumapaan yang tidak disangka-sangka.

Satu lagi perjumpaan dengan Pak Aja, beliau dahulu juga mengguide teman-teman Ants jika berkunjung ke Baduy dan pernah berkunjung ke IEC Gambir saat Ants Club membuka workshop outdoor activity. Pak Aja sebagai nara sumber dan sekaligus membuka stand jualan Tas Koja, Madu, dan cendera mata khas baduy lainnya.



Pertemanan dan persaudaraan yang tidak pernah lekang dengan penduduk Baduy Dalam, Ants Club banyak mengambil pelajaran hidup dari mereka.

Grup kedua akhirnya tiba di Kampung Cibeo jam 20.00 wib.Tiga rumah Baduy Dalam pendamping kami selama perjalan disewa. Rumah  Aldi ditempati oleh Keluarga Ending, keluarga Chaca, keluarga Eman, Frans dan rombongan Tante Sri.  Rumah Idong ditempati Bedul, Keluarga Jajat, Emi, Kelurga Ambar, Izul,  Pacik, Yulfina, Hidayat, Wafa. Rumah pak Sardi ditempati keluarga kadal dan tante Ray dan teman-teman Pipih.


Malam hari dihabiskan dengan cerita-cerita nostalgia masa lalu dan beberapa kejadian lucu selama perjalanan. Makan bersama dengan bekal bawaan dari rumah masing-masing. rendang , ayam bakar, teri kacang, sambal goreng dsb disajikan. Nikmat terasa makan bersama dengan alas seadaanya.

Rumah suku Baduy dalam semua nya sama tidak ada jendela dan hanya satu pintu untuk keluar masuk. Rumah panggung terbuat dari Kayu untuk Strukturnya, bilik bambu untuk dinding dan ijuk untuk atap. Semua rumah dibangun tanpa bahan logam (paku, mur dll). Setiap percabangan dikunci oleh tali yang terbuat dari ijuk atau semacamnya, tetapi sangat kokoh dan kuat sekali.

Pagi hari setelah sarapan dengan ditemani nasi hasil panen dan olahan Baduy Dalam kami tour kecil mengeksplore Kampung Cibeo. Kampung Cibeo dibagi menjadi 4 area, yaitu rumah penduduk berada di sisi Barat dan Timur, Rumah Kepala Kampung berada di sisi bagian Selatan, Rumah Kesenian berada di sisi bagian Utara. Di tengah kampung terdapat lapangan atau alun-alun tempat berkumpul dan beraktivitas bersama-sama seperti gotong royong dsb.Kepala Kampung memiliki julukan "Puun" untuk Baduy Dalam dan "Jaro" untuk Baduy Luar.

Di rumah kesenian beberapa anak kecil sedang memainkan alat musik khas Suku Baduy "Angklung". Anak-anak Suku Baduy Dalam tidak memiliki sekolah formal tetapi paham tentang perhitungan dan fasih membaca. Entah lah bagaimana mereka belajar perhitungan dan membaca, mungkin mereka belajar dari orang tua nya langsung.


Setelah puas berkeliling kampung, kami bersiap kembali ke Ciboleger, terbayang beberapa tanjakan dan turunan terjal yang harus kami lalui. Menyeberang sungai dengan jembatan khas baduy nya.
Semangat ......

AC 36 03 391 CAD

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puncak Mega Gunung Puntang 2222 Mdpl di Bandung Selatan

Curug Putri Palutungan Kuningan Jawa Barat

Pendidikan Dasar XII Ants Club mulai dibuka tahun 2021