Menikmati Gunung Merbabu 3142 Mdpl Dengan Cara Berbeda

Perjalanan kali ini istimewa bagi saya, bagaimana tidak 2 hobi yang berbeda disatukan dalam perjalanan yaitu mendaki gunung dan bersepeda turun gunung.

 

Jalur pendakian Grenden menjadi titik awal menuju puncak. Desa yang berada di ketinggian 1457 Mdpl sangat ramah penduduknya. Setelah selesai mengurus perizinan, pukul 09.50 kami memulai pendakian.
Jalan desa berbeton kami lalui menuju kawasan wisata grenden yang mulai cukup ramai. Kawasan wisata ini banyak ditumbuhi pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi sehingga semakin asri dan nikmat dipandang mata. 

Jalan semakin menaik tapi tidak terlalu curam cenderung landai hingga kami tiba di pos 1 di ketinggian 1723Mdpl pukul 10.27. istirahat sejenak sambil bercanda ria. Pukul 10.40 melanjutkan perjalanan menuju pos 2 jalan masih naik cenderung landai, hanya 20 menit kami tiba juga di pos 2 diketinggian 1883 Mdpl. Selama perjalanan dari base camp menuju pos 2 saya sudah dapat membayangkan nikmatnya menuruni jalur ini dengan kecepatan full sambil tereak-tereak.. hehehehe.

20 menit kami istirahat di pos 2 sambil menikmati teh panas yang dibawa Om budhi mulai dari base camp.
Pukul 11.20 meninggalkan pos 2 dan langsung disambut dengan turunnya kabut dan semakin lama semakin tebal. Kami tetap berjalan perlahan dan berharap tidak turun hujan. Pukul 11.45 air sudah mulai tak terbendung lagi jatuh dari langit,bergegas pula kami mengeluarkan jas hujan. Alhamdulillah hujan tidak begitu deras dan lama sehingga tidak begitu mengganggu perjalanan ini. Pukul 12.30 kami memasuki vegetasi hutan lumut yang begitu eksotis. Serasa berada di hutan sherwood ala robin hood. Kabut masih menutupi hutan lumut ini dan aroma mistis pun terasa tapi kami malah menyukainya... hehehehe.


Pukul 12.55 akhirnya kami tiba di pos 3 diketinggian 2357 Mdpl. Pos 3 ini terasa istimewa dikarenakan sudah rapihnya lahan dan bisa menampung sekitar 30 tenda untuk para pendaki. Tersedia juga air murni langsung dari atas yang dialiri melalui pipa. Dan sangat berguna sekali bagi para pendaki.
Di pos 3 kami beristirah untuk melakukan ishoma (istirahat,sholat dan makan).
Pukul 14.15 kami meninggalkan pos 3, jalan yang dilalui masih berkabut makin lama hutan mulai terbuka, pohon-pohon tinggi semakin jarang. Pohon-pohon edelweis muda mulai terlihat, semakin lama semakin banyak dan pukul 15.04 kami tiba di pos 4 diketinggian 2597 Mdpl. Pos 4 juga tersedia sumber air yang mengalir dari pipa. Dan bisa juga menampung sekitar 3-4 untuk mendirikan tenda.

Pukul 15.20 melanjutkan pendakian kembali, jalur semakin ditutupi oleh kabut yang sangat pekat, menanjak dan membuat jantung bekerja secara maksimal. Mulut tak hentinya berdoa menyebut asma Allah berpadu dengan dengus keras nafas yang mulai tak beraturan. Kabut semakin tebal dan angin pun semakin kencang, kami berserah diri dan memanjat doa agar kami diberi cuaca kembali baik. 

Padang Savana masih tertutup kabut pekat dan Alhamdulillah atas kehendak-Nya kami tiba di puncak kendi kencono di ketinggian 2878Mdpl pukul 16.15. Kabut mulai menjauh dan sepertinya turun ke bawah tapi saya masih khawatir karena awan comulus masih banyak menggelantung diatas sana, dan saya pun berharap agar awan comulus tertiup angin agar tidak terjadi badai yang tidak diinginkan. Segera juga kami dirikan tenda dibawah sedikit puncak kendi kencono di area punggungan padang savana yang begitu indah.

 

Matahari tenggelam dan digantikan rembulan yang begitu indah dan akhirnya muncul bintang-bintang menemani malam ini. Cuaca begitu cerah, anginpun senyap tapi cuaca dingin masih tetap menusuk tulang.
Menu malam ini hanya pop mie untuk mengganjal perut sampai esok hari. Dan akhirnya kami meringkuk dalam kehangatan sleeping bag.
Pukul 02.30 pagi saya terbangun karena mendengar suara angin yang begitu kencang,yang mengoyang-goyangkan tenda kami. Gobrak gabruk gobrak gabruk... kencang sekali bunyinya.
Kulihat keluar tenda, cuaca masih teramat cerah hanya angin saja yang begitu kencang, masuk tenda kembali dan meringkuk kembali dalam hangatnya sleeping bag..
Pukul 05.00 pagi cuaca sudah sangat terang, di puncak kendi kencono sudah ramai oleh para pendaki yang sedang berfoto menikmati matahari pagi. Dan kami juga tidak melewati momen seperti ini walaupun dingin menusuk tulang.

Pukul 06.00 acara masak memasak dimulai dengan menu nasi goreng ala kadarnya dicampur dengan 6 butir telor dadar ditambah sosis plus abon sapi. Mungkin ini menu yang paling lezat karena tidak ada menu yang lain... hihihihi.. Selesai isi perut kami membereskan perlengkapan kami kembali, 2 carriel langsung dibawa turun ke bawah oleh porter. Sedangkan kami melanjutkan pendakian sambil dorong mendorong sepeda.
Pukul 08.00 kami meninggalkan puncak kendi kencono, didepan mata terlihat puncak merbabu yang begitu menjulang tinggi. Jarak mungkin sekitar 700 meter lagi menuju puncak kenteng songo dengan elevasi ketinggian sekitar 265 meter. Dan ini bukan perkara mudah apalagi dengan tas daypack dipunggung ditambah dorong sepeda hingga menciptakan irama jantung berdetak cepat berpacu dengan nafas yang megap-megap karena oksigen semakin tipis diketinggian.


Jalan 10 meter berhenti, mendinginkan jantung takut over heat, tau diri akh.. usia dah kepala 4... Hehhehe...
Untungnya terbantu dengan pemandangan khas savana merbabu yang begitu indah hingga dijadikan alasan untuk foto-foto, padahal sedang atur nafas.. heheheh...
Pukul 09.30 akhirnya tiba di puncak triangulasi. Terlihat jelas puncak merapi dengan gagahnya berdiri, tampak di sebelah utara berjejer gunung sumbing,sindoro,prau berdiri dengan gagahnya. Tak ketinggalan gunung andong dan telomoyo tampak tersenyum manis...
Dari puncak triangulasi diteruskan menuju puncak Kenteng Songo diketinggian 3142 Mdpl. Terbayar sudah perjuangan yang melelahkan ini.
Kehadiran kami berempat disambut hangat oleh para pendaki lainnya..
ALHAMDULILLAH....







Pukul 11.40 kami mulai meninggalkan puncak kenteng songo. Penuh konsentrasi yang sangat tinggi untuk menuruni puncak dari gunung merbabu ini, tidak boleh salah, fatal akibatnya.. Handling brake tangan kanan dan kiri bekerja keras untuk menahan laju sepeda. Padang Savana dengan cepatnya kami turuni walupun sekali kali kami harus berhenti untuk bernarsis ria.. hahaha.. Tak perlu waktu lama sudah sampai kembali di puncak kendi kencono. Dari puncak kendi kencono menuju pos 4 jalur yang dilalui masih nikmat hanya ketika ingin memasuki pos 4 beberapa kali sepeda harus dituntun...
 



Tiba di pos 4 minum air sepuasnya,karena dari puncak kami memilih irit air minum karena persediaan air minum yg menipis. Dari pos 4 menuju pos 3 jalur main perosotan sulit sekali mengendalikan sepeda dengan tenaga yang mulai melemah. Mungkin 50% : 50% antara nuntun dan dikendarai.. ya biar aman aja. Bagaimanapun keselamatan lebih utama.  Tiba di pos 3 kami melihat ada 2 tenda pendaki berdiri. Mereka ternyata dari UGM Jogja, dan 4 gelas susu jahe panas ditambah pop corn sebagai tanda persahabatan... Alhamdulillah... rezeki bapak2 sholeh.. hehehe...




Info dari Marshal mungkin sekitar 1 jam lagi kita akan sampai base camp dari pos 3 ini. Saya dan Owm budhi mengambil posisi didepan setelah diberi tahu mengenai info jalur yang harus dilalui. Terlebih ketika sampai di pos 1 harus ambil jalur lurus melipir pinggir jurang, karena jalur itu sepi dan tidak licin.
Sedangkan Owm yan dikawal ketat oleh sang Marshal. Dimulai kembali meluncur dari pos 3 melewati vegetasi hutan lumut yang aduhai, bokong geal geol, body moving bergerak cepat. Tak terasa sampai juga di pos 2. Dari pos 2 meluncur lebih cepat diantara pohon pohon pinus...  Wuuzzzz...
Tiba di pos 1 lanjut jalan lurus sesuai arahan marshal, lalu belok kanan melipir jurang dan semakin kencang, seperti anak kecil kegirangan... hahahha... Lanjut perjalanan kembali menuju kawasan wisata grenden. Dan Alhamdulillah kembali dengan selamat sampai base camp. Ternyata tidak sampe 1 jam dari pos 3 menuju base camp. Mungkin sekitar 40-45 menit.

Bagi saya pribadi ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa, mendaki dan turun dengan sepeda dari puncak gunung bukan masalah jago atau hebat. Kuat atau lihai. Percuma jago bersepeda tapi tidak kuat naik gunung, atau kuat naik gunung tapi tidak bisa bersepeda. Atau jago bersepeda dan kuat naik gunung tapi tidak punya mental yang tangguh, ya percuma saja akhirnya..
Fisik,mental dan kemampuan menjadi satu kesatuan yg dibungkus rapi dengan pengendalian diri, konsentrasi dan kerja sama tim. Dan jangan lupa: Jangan buang sampah sembarangan, jalur ini masih bersih dari sampah.
Dan ketika melewati jalur pipa air penduduk mohon jangan dilindas. Lebih baik sepeda diangkat untuk melewatinya... Penduduk desa grenden baik-baik dan sangat luar biasa....

Wassalam
Erik AC.33.03.391 CAD.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puncak Mega Gunung Puntang 2222 Mdpl di Bandung Selatan

Pendidikan Dasar XII Ants Club mulai dibuka tahun 2021

Curug Putri Palutungan Kuningan Jawa Barat