Puncak Mega Gunung Puntang 2222 Mdpl di Bandung Selatan

Gunung Puntang termasuk dari kelompok deretan Gunung Malabar. Gunung Malabar sendiri memiliki beberapa puncak, yaitu Puncak Puntang, Puncak Mega dan Puncak Haruman. Puncak tertinggi Gunung malabar adalah 2343 Mdpl. Sumber http://www.pecintaalam.org/2016/10/gunung-di-bandung.htm.
Gunung Malabar merupakan salah satu dari deretan gunung yang mengelilingi kota Bandung. Kurang lebih ada 7 gunung, yaitu : Tangkuban Perahu 2084 Mdpl, Manglayang 1818 Mdpl, Burangrang 2050 Mdpl, Rakutak 1922 Mdpl, Patuha 2386 Mdpl dan Malabar.

[ Penerimaan anggota baru : pendidikan dasar ants club ]

Gunung-gunung di sekitar Kota Bandung memang tidak terlalu tinggi sehingga tidak sepopuler gunung yang memiliki ketinggian diatas 3000 Meter seperti Gunung Gede, Gunung Ciremai, Gunung Lawu dsb. Tetapi karena sudah lama tinggal di Kota Bandung ada rasa penasaran  dan gemuruh dihati setiap melihat siluet pemandangan pegunungan disekitaran kota Bandung, seperti apa sensasi mendaki gunung-gunung tersebut.

Setelah browsing sana-sini tentang pendakian gunung yang ada di Bandung dan sekitarnya, akhirnya saya tetapkan hati untuk mencoba mendaki Gunung Puntang 2222 Mdpl. Tepat tanggal 28-29 Januari 2017 saya berkesempatan mendaki Gunung Puntang dengan keluarga kakak dari Bekasi.

Perjalanan dari rumah menuju lokasi Gunung Puntang tidak sulit, ikuti saja jalan menuju Pangalengan. Jika dari arah Jakarta, keluar Pintu Tol Kopo  ikuti jalan ke arah Soreang, sesampai di Soreang ambil jalan menuju Banjaran. Dari Banjaran ambil jalan menuju Pangalengan.
Jika dari arah Cileunyi bisa keluar di Pintu Tol Buah Batu ikuti arah menuju Banjaran. Sesampai di Banjaran ikut jalan menuju Pangalengan.

Ikuti saja jalan raya Pangalengan,  sebelum Pangalengan ada pertigaan menuju ke Gunung Puntang. Plang petunjuk arah nya adalah ke wisata Taman Bogenvile. Belok kiri kemudian ikuti terus jalan tersebut sampai menemui pintu gerbang wisata Gunung Puntang.

Sekitar jam 9 pagi kami sudah sampai di Lokasi perkemahan Gunung Puntang. Tiket masuk hanya Rp. 15.000 / orang dan tiket parkir 7000 untuk kendaraan roda empat, Semua dibayar di loket pintu gerbang. Cukup murah dan terjangkau lah untuk kalangan pendaki pada umumnya. Di lokasi sudah ada beberapa grup pendaki yang sudah sampai dan bersiap untuk memulai pendakian.

Sebenarnya pendakian kali ini cukup berat, bukan karena trek atau ketinggian. Tetapi karena di rombongan ada wanita (istri kakak) yang cukup berumur dan minim pengalaman mendaki. Beliau tetap bertekat ikut karena merasa sudah pernah mendaki gunung yang lebih tinggi yaitu Gunung Papandayan walau pun hanya sampai Pos hoogbert hut. Tinggi Gunung Papandayan adalah 2665 Mdpl.

Sebelum pendakian kami memanjatkan doa mohon perlindungan dan keselamatan selama pendakian kepada Allah SWT, saya berpesan kepada anggota rombongan untuk bersikap rendah hati dan jangan menganggap enteng pendakian ini karena ketinggian gunung tidak terlalu tinggi. Setelah semua siap sekitar jam 9.30 pagi rombongan memulai pendakian. Jalur pendakian bisa melewati samping pintu pembayaran tiket masuk kemudian melewati musholah dan MCK kemudian menyeberangi sungai kecil dan terus mengikuti jalan setapak.

Awal pendakian seperti biasa melewati beberapa petak kebun palawija warga setempat. ada beberapa pondok petani yang di lalui dengan trek yang terus menanjak tetapi cenderung landai.  Tak telalu lama kami mulai masuk ke hutan pinus.


Cuaca pagi cukup cerah langit diselimuti oleh awan tipis. angin sepoy-sepoy membelay tubuh dan panorama alam gunung puntang sungguh sangat indah dikelilingi oleh hutan hujan ciri khas hutan tropis. bukit-bukit menjulang tinggi menyampaikan salam selamat datang tersenyum indah seolah-olah mereka bahagia menyambut kedatangan kami.

Tak lama setelah memasuki hutan pohon pinus, tepatnya setelah melewati pondok ada cabangan jalur. Jalur kiri dan jalur lurus, tidak ada petunjuk sama sekali di percabangan tersebut. Kami ambil jalur lurus terus dan trek mulai curam. Baru kami sadari ternyata jalur kiri adalah jalur yang lebih mudah dilalui jika dibanding jalur yang saat ini diambil setelah banyak berkomunikasi dengan rombongan pendaki lain.

Jalur curam tidak ada henti nya kami lalui dengan susah payah. Kondisi tanah cenderung basah tetapi tidak licin, mungkin semalam tidak turun hujan sehingga kondisi  tanah tidak becek. Tidak bisa dibayangkan kalau jalur-jalur tersebut terkena air hujan..!!@@$$## Jalur-jalur curam silih berganti menggoda kami, lepas dari jalur curam satu menunggu jalur curam lainnya. Saking curamnya berjalan seperti merangkak karena ke dua tangan harus ikut membantu pergerakan kami. Disalah satu spot bahkan harus dibantu seutas tali untuk melalui jalur tersebut.

Beberapa rombongan pendaki sudah mulai menyalip kami yang kepayahan. Maklum lah selain sudah berumur juga membawa paket istimewa qiqiqiqi. Beberapa orang sempat kami ajak ngobrol sejenak untuk mengetahui siapa saja yang pernah mendaki gunung ini, hanya sekedar mencari info seberapa berat jalur yang sedang di lalui. Minimal kami bisa mengukur jarak dan waktu tempuh perjalanan. Sebagian besar pendaki datang dari wilayah Bandung dan sekitarnya, beberapa ada memang dari luar kota Bandung seperti Bekasi dan Jakarta. Gunung Puntang sepertinya menjadi favorit para pendaki anak muda Bandung. Banyak dari mereka baru pertama kali mendaki gunung ini, hanya satu dua orang saja yang sudah lebih dari satu kali. Itu sudah lebih dari cukup sebagai panduan kami memetakan pendakian kali ini.

Pengetahuan baru untuk saya pribadi ternyata tinggi puncak gunung tidak berbanding lurus dengan mudah atau sulitnya pendakian. Terbukti dengan Gunung Puntang ini, jalur-jalur kategori sulit sepanjang jalan banyak ditemui bahkan tidak ada jalur landai setelah hutan pinus.

Sekitar jam 12 siang, cuaca cerah secara tiba-tiba berubah drastis. Dengan cepat kabut menyapa kami diantarkan oleh hembusan angin yang cukup kencang. saking pekatnya kabut secara bersamaan hujan pun turun cukup deras, lengkap lah sudah indahnya pendakian kali ini. Dengan cepat "ponco" terpasang karena diletakkan dibagian atas dari ceriel sehingga mudah dikeluarkan.

Kondisi hujan ponco terpasang dan jalur yang curam merupakan kondisi yang cukup merepotkan. jalur menjadi licin kemudian ujung ponco menghalangi pijakan kaki, sedangkan tangan harus mecari pegangan untuk membantu tubuh bergerak keatas. Beberapa kali ujung ponco terinjak dan tangan tidak berdaya menghalau ujung ponco untuk membuka jalur kaki berpijak hihihihi. Sepertinya ponco sangat tidak cocok untuk pendakian kali ini. Tetap semangat....!!!

Untungnya kondisi tersebut tidak berselang lama. Setelah menderita beberapa saat tidak lama kami sudah berada di titik pertemuan jalur. Beberapa pendaki menyebutnya disini lah letak Pos-4. Penamaan pos / selter di Gunung Puntang berbanding terbalik dengan selter di gunung lainnya. Jika selter di gunung lain dimulai dari angka terkecil seperti selter-1, selter-2 dan seterusnya. Di Gunung Puntang dimulai dari penomoran terbesar, yaitu Pos-4 selanjutnya Pos-3, Pos-2 sampai dengan Pos-1 yaitu selter terakhir sebelum puncak.

Sesampai  di Pos-4 ada 2 orang pendaki dari Bandung yang sempat kami temui dan diajak ngobrol sudah membuka "fly-sheet" nya yang cukup lebar dan luas.  Mereka sedang asik menghirup secangkit coklat hangat, Mantaffff...... Tanpa basa-basi saya langsung meminta ijin bergabung dan menumpang berteduh karena hujan cukup deras masih meluncur dari langit Gunung Puntang. Yah itu lah enak nya berkomunikasi dengan pendaki-pendaki lain selain untuk sosialisasi lingkungan juga ketika kesulitan bisa saling membantu satu sama lain.  Subhanallah......

Hujan deras cukup lama berlangsung. Selain bisa menyantap makan siang nasi bungkus juga kami melaksanakan sholat jamma dzuhur dan asyar bergiliran. Di sela-sela waktu kami saling berbincang, kedua pendaki tersebut bernama Agung dan Rudi. Beliau berasal dari daerah Moh Toha Bandung. pendaki freelence bersaudara, hubungan sepupu satu sama lain berumur sekitar 20 tahunan.

Jadi ingat ketika di tahun 90 an melihat mereka berdua. Rasa rindu menyeruak dari dalam lubuk sanubari untuk saudara-saudara ku di Ants, kapan ya kita bisa berkumpul dan bersendara gurau, bercerita tentang masa lalu dan kesibukan kalian saat ini. Semoga kalian semua diberi kesehatan dan kesuksesan di dunia dan akhirat.... Aaminnn.

Kabut masih tebal tetapi hujan sudah mulai reda saat Agung dan Rudi memutuskan melanjutkan perjalanan. Kami memutuskan stay dan mendirikan tenda di Pos-4. Selain karena faktor cuaca juga karena satu anggota tim sudah mulai kecapaian dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan. Saking tebalnya kabut, bukit yang menuju pos-2 di depan mata pun tidak dapat dilihat dari jarak dekat.

Oh iya sebelum memutuskan stay saya melakukan orientasi medan terlebih dahulu. ternyata Pos-3 tidak terlalu jauh, sekitar 10 menit perjalanan dari Pos-4. Tetapi Pos-3 sudah terisi penuh dan sudah tidak ada space kosong untuk mendirikan tenda. menjauh sedikit dari Pos-3 terdapat rute dengan batu-batu besar. Di hadapannya menjulang bukit tinggi yang terhalang kabut tebal. Sisi kanan dan kiri terdapat jurang dalam. Sedalam apa ??? hanya kabut yang bisa menjawab karena saat itu kabut menhalangi jarak pandang.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 sore, tenda kami dirikan di titik pertemuan jalur. lapak hanya cukup untuk 2 tenda. sebenarnya di Pos-4 cukup banyak bisa menampung tenda. Disepanjang jalan setapak ada lahan datar yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda.  Hampir semua lahan kosong tersebut sudah dihuni oleh tenda-tenda pendaki. sore itu sudah banyak pendaki yang berlalu lalang melewati Pos-4. Ada beberapa yang kami ajak berbincang untuk mengetahui track menuju puncak. Ternyata puncak tidak terlalu jauh dari Pos-4 hanya sekitar 2 jam perjalanan sudah sampai puncak.


Yang menarik perhatian adalah pakaian yang dikenakan oleh para pendaki terutama bagian celana, sebagian besar sudah berubah warna oleh warna tanah. Ada pendaki yang menggunakan celana "blue jeans" berubah warna menjadi "brown jeans". jika pun menggunakan stelan jas hujan, bagian celana nya sudah bercampur dengan dengan warna lumpur / tanah becek.sangat dimaklumi karena treck pendakian yang melalui jalur curam akan sangat sulit ditempuh jika sudah terkena air hujan meskipun harus dengan merangkak.



Karena didorong oleh rasa penasaran akhirnya saya memutuskan langsung mendaki ke puncak sore hari ini juga. Tepat pukul 16.00 wib saya beserta Ikbal memulai pendakian ke puncak. Kakak dan Oki stay di tenda menemani Ibu nya yang kecapaian. Jika melihat medan yang ditempuh sudah sangat luar biasa Istri kakak bisa sampai di Pos-4, luar biasa perjuangannya hehehehehe.

Pos-3 dengan cepat dilalui, kami harus mencari jalan disela-sela tenda untuk keluar dari Pos-3 karena semua lahan termasuk jalan setapak sudah terhalang oleh tenda. cuaca sudah mulai cerah kembali cerah kembali. Kabut tebal yang tadinya menyelimuti sudah berangsur hilang.Tidak terlalu lama kami sudah berada di track jalur batu besar. Para pendaki sering menyebutnya Pos Batu Kereta, mungkin karena jalur nya melewati batu-batu besar dan pajang seperti gerbong kereta atau karena di sisi sebelah kiri jalan terdapat bukit memanjang seperti kereta, hhhmmm entah lah. Yang pasti panorama di Pos Batu Kereta sungguh indah sekali.







Lepas dari Pos Batu Kereta sudah dihadang oleh bukit menjulang tinggi yang harus dilalui. Tanjakan tinggi dan track tanah bercampur air sisa hujan tadi siang menambah keseruan tersendiri dalam menaklukan jalur tersebut. Sepatu pun tidak kelihatan lagi bentuknya karena banyak lumpur yang menempel. menutupi permukaan sepatu. dua kaki dan dua tangan saling bahu membahu menghadapi hadangan. Jangan ditanya lumpur yang menempel di celana terutama dibagian bawah kaki dekat sepatu.



Untungnya kami hanya berdua dan tidak membawa beban berat sehingga pergerakan cukup cepat dan lancar tanpa harus banyak beristirahat menanti rekan rombongan yang lain. Istirahat hanya sekedar nya saja cukup untuk menarik nafas panjang dan langsung tancap gas kembali.

Setelah satu jam perjalan kami sudah berada di Pos-2. Pos-2 berada di tanjakan curam. disisi tanjakan ada lahan datar yang luas nya tidak seberapa, mungkin hanya cukup untuk 4-5 tenda saja. Sudah banyak tenda berdiri di sana. View nya pun sangat indah. Bagi yang memiliki stamina bagus Pos-2 ini lacak dijadikan target untuk tempat bermalam. Bisa dibayangkan ketika cuaca sedang cerah di malam hari akan terlihat kerlap kerlip lampu dari kota Bandung dan sekitarnya dan pasti nikmat sekali sambil ditemani segelas kopi hangat.

 


 Di Pos-2 ini kami bertemu kembali dengan Agung dan Rudi. mereka mendirikan tenda di sini. menempati sedikit lahan tersisa yang masih dapat mereka gunakan, bersebelahan dengan jalur setapak menuju puncak. Cukup lama kami berada di Pos-2, selain karena menikmati keindahan alam juga sedikit berbincang dengan teman baru kami.


Dari obrolan didapat informasi bahwa Pos-1 bisa ditempuh sekitar 20 menit perjalanan. Waktu tersisa tinggal sedikit lagi karena target kami harus turun kembali ke camp di Pos-4 sebelum gelap. Setelah menanyakan kondisi Ikbal maka kami lansung tancap gas.Kembali tanjakan tanjakan curam dan licin menyambut kami. Kabut sangat tebal saat posisi kami semakin tinggi dan mendekati puncak. Awan tebal menutupi bagian puncak Gunung Puntang. Sesekali dibarengi oleh rintik air hujan.

Tak lama berselang Pos-1 pun sudah berada di depan mata. Banyak tenda berdiri disana. Lahan cukup luas untuk mendirikan tenda disela pepohonan pada lahan yang sedikit miring. Jika mendirikan tenda disini harus pintar pintar memilih lahan karena selain kontur tanah nya miring juga terdapat akar pohon yang menjorok keluar. Saat saya sampai pun tinggal tersisa sedikit lapak yang dapat digunakan.


Jarak puncak dengan Pos-1 hanya 5 menit. Tanpa membuang waktu lagi kami langsung menuju puncak. Sampai di puncak tepat jam 17.40 wib. berarti waktu yang ditempuh dari Pos-4 ke puncak sekitar satu jam setengah. Jika cuaca cerah waktu yang pas untuk menanti saat nya sunset. Sayang sekali puncak saat ini sedang diselimuti kabut tebal. Jarak pandang terbatas dan hanya lautan putih yang menjadi saksi saat saya dan Ikbal merayakan suka cita kami mencapai puncak Gunung Puntang. Plang penanda ketinggian Gunung Puntang sudah tidak ada, jadi kami tidak dapat mengabadikan nya.

 

Entah seberapa dalam jurang disisi kanan dan kiri kami. Deretan punggungan puncak gunung tak nampak. Hanya kabut putih yang menemani tetapi tidak mengurangi rasa syukur kami kepada Allah SWT karena telah menjaga dan melindungi kami selama perjalanan menuju puncak. Setelah menikmati keindahan puncak Gunung Puntang kami bergegas turun mengejar waktu sebelum gelap sudah harus kembali ke camp. Jam 18.30 wib kami akhirnya sampai, total butuh waktu dua jam setengah PP Pos-4 Puncak.

Selesai menikmati makan malam dan sholat jamma magrib dan isya sedikit waktu menikmati gemerlap lampu kota bandung disela-sela pepohonan. Malam itu cuaca cukup cerah di Pos-4. Sepatu menjadi saksi bisu pendakian kali ini.


Desiran angin lembah mengantarkan kami ke peraduan. Hangatnya sleeping bag menyelimuti tubuh dari dinginnya udara malam. Sesekali derap langkah beberapa rombongan pendaki terdengar di telinga saat mereka melewati tenda. Tak lama mata pun terpejam, La haula wala kuwata ila billah.

Alarm subuh menyalak keras membangunkan seisi tenda. Angin lembah menderu keras setelah menabrak dinding tebing, suaranya seperti desingan mesin pesawat terbang. Seperti biasa dimanapun kami berada sholat tak pernah ditinggalkan. Wujud dari bentuk pengabdian hamba kepada sang Pencipta juga wujud rasa syukur karena banyaknya nikmat yang menemani kami selama pendakian.

Selesai sarapan pagi kami berencana akan kembali ke puncak mendampingi kakak dan oki, tetapi cuaca tidak mendukung karena kabut tebal kembali turun. untuk mengobati rasa penasaran akhirnya kami kembali ke Pos Batu Kereta, ternyata benar kabut menutupi seluruh bagian dari puncak gunung. Sekitar 30 menit kabut tak juga bergeser kami memutuskan untuk kembali ke Pos-4. Hujan ringan pun tak ketinggalan menunjukkan eksistensi nya pagi itu

 

Sekitar jam 09.00 pagi kami bersiap turun. Tenda  basah cepat digulung. sampah tak lupa dipacking untuk dibawa turun. Menjaga kelestarian alam tetap harus menjadi pedoman dasar dari setiap pendakian. Jalan turun kami putuskan untuk mengambil jalur lain dari saat naik. Putusan ini semata karena info dari para pendaki bahwa jalur tsb lebih landai dan juga memperhatikan kondisi stamina fisik istri kakak.

Inilah sensasi dari pendakian gunung puntang. perjalanan turun nya pun sama sulitnya dengan perjalanan naik. jalan setapak yang lincin dan curamnya jalur menyulitkan kami bergerak turun. di beberapa spot trek turun Oki harus merosot karena sulit mencari pegangan. sepatu dan celana berbalut lumpur basah dan sudah tidak terlihat lagi warna aslinya.

 

 Selama perjalanan turun rombongan dipecah dua. saya dan Oki berjalan duluan karena membawa cariel yang cukup berat. Sedangkan Kakak dan Ikbal mendampingi Ibu nya yang berjalan lambat. Akhirnya tepat jam 11.30 wib kami  sampai di pos pendaftaran. Menyusul rombongan kakak sampai di pos pendaftaran jam 12.30 wib. Semua kembali dalam keadaan sehat, Alhamdulillah. Nikmat tuhan mana yang engkau dustakan.... Sensasi pendakian dan pengalaman yang tak dapat kami lupakan di Gunung Puntang.

Salam lestari untuk mu Puntang & thank for my big brother and family

AC 36 03 391 CAD

[ Penerimaan anggota baru : pendidikan dasar ants club ]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Gunung Cikuray 2.821 mdpl via Kiara Janggot Garut Jawa Barat

Curug Putri Palutungan Kuningan Jawa Barat